Rabu, 28 November 2007

SOTERIA MENURUT INJIL

Oleh : P. Erianto Hasibuan

1. Pendahuluan
Persoalan keselamatan (Yun. Soteria) merupakan permasalahan yang sangat mendasar bagi setiap orang, seringkali apabila ditanya kepada seorang yang mengaku beragama kristen, apakah engkau akan selamat bila telah meninggal dunia, masih terdapat jawaban yang beragam. Sebagian akan menjawab dengan yakin bahwa dia akan selamat, tetapi yang lain dapat saja menjawab dengan keraguan, mengingat dua hal, pertama dia khawatir dikatakan sombong, atau yang lain memang dia tidak memiliki keyakinan sama sekali bahwa ia akan selamat. Sproul[1] menceriterakan, bahwa sewaktu ia masih di seminari, teman-teman sekelas melakukan pemungutan suara. Ternyata kurang lebih sembilan puluh persen menyatakan bahwa mereka tidak yakin akan keselamatannya.
Bercermin dari pengakuan Sproul tersebut, jika dikalangan teolog sendiri masih mengalami keraguan akan keselamatan, bagaimana halnya dikalangan awam?. Lebih lanjut mengenai keyakinan akan keselamatan, Sproul mengutarakan bahwa ada 4 macam manusia di dunia ini :
(1) orang yang tidak diselamatkan dan tahu bahwa ia tidak diselamatkan.
(2) orang yang diselamatkan tetapi tidak tahu bahwa ia diselamatkan.
(3) orang yang diselamatkan dan tahu bahwa ia diselamatkan.
(4) orang yang tidak diselamatkan tetapi ”tahu” bahwa ia diselamatkan.
Untuk dapat menyakini dengan baik bahwa kita adalah termasuk kepada golongan nomor (3), diperlukan pemahaman yang benar akan keselamatan sesuai dengan firman Tuhan, karena dapat saja terjadi bahwa seseorang yakin bahwa ia adalah orang yang diselamatkan karena terpengaruh paham universalisme, bahwa setiap orang diselamatkan. Apabila peryataan itu benar, maka deduksinya yang logis akan menjadi mudah. Proses berpikirnya akan menjadi ”setiap manusia diselamatkan, saya manusia, oleh karena itu saya diselamatkan.[2]
Dalam tulisan ini, yang akan dibahas adalah keselamatan (soteria) sesuai dengan Injil menurut keempat penulis, yaitu Matius, Markus, Lukas dan Yohanes. Oleh karenanya dalam pembahasan penulis tidak hanya terpaku pada penggunaan kata semata, tetapi juga topik yang membicarakan keselamatan termasuk yang menyangkut pertobatan, pemulihan hubungan serta pertumbuhan mencapai kedewasaan Iman.
2. Pengertian.
Selamat atau Keselamatan, dalam bahasa Ibrani yesu’a dan Yunani soteria, berarti tindakan atau hasil dari pembebasan atau pemeliharaan dari bahaya atau penyakit, mencakup keselamatan dan kemakmuran. Pergeseran arti ”keselamatan” dalam Alkitab, bergerak dari ihwal fisik ke kelepasan moral dan spiritual.[3] Titik tolak pemikiran Alkitab ialah bahwa sejak kejatuhannya, manusia baik sebagi perseorangan maupun sebagai masyarakat memerlukan pertolongan, yaitu keselamatan. Ia berada dalam lingkaran setan pada posisi dan kondisi yang berbahaya, bersalah dan tak berdaya. Kesalahannya telah tidak melayakkan dia menerima bantuan yang dapat melepaskannya dari keadaan dan kedudukannya itu. Tidak ada kebijakan dan kekuatan manusiawi yang mampu memecahkan masalah itu untuk dapat keluar dari dalam lingkaran itu. Allah sendiri mengambil prakarsa jika manusia harus diselamatkan. Prakarsa Allah tersebut tergambar dalam defenisi keselamatan menurut Dodd [4] :
Soteriology (from Greek : soteria, salvation and logos, word). The part of theology that deals with salvation. It includes topics like how God calls people, rescue them from sin, and brings them into relationship (adoption, union with God). It also includes how he helps them grow in the Christian life, and what the goal is.

Pengertian keselamatan yang mencakup bagaimana Allah memanggil tidak terbatas hanya pada pembebasan atau pemeliharaan, tetapi juga mencakup mengembali-kan hubungan dengan Tuhan, hingga pada akhirnya akan dapat bertumbuh. Perjanjian Baru (PB) dengan jelas menunjukkan keterbudakan manusia kepada dosa, bahaya dan kekuatan dosa, dan kelepasan dari dosa yang hanya dapat diperoleh dalam Kristus. Alkitab memberikan pernyataan-pernyataan yang makin lama makin jelas bagaimana Allah menyediakan dasar keselamatan, menawarkannya, dan bagaimana Dia sendiri pada diri-Nya adalah satu-satunya keselamatan manusia.
Berdasarkan defenisi di atas, maka penulis akan membahas bagaimana Keselamatan menurut para penulis Injil, ditinjau dari 2 langkah menuju keselamatan sebagaimana defenisi dari keselamatan itu sendiri, yaitu :
(1) Panggilan Allah yang menjadikan manusia bertobat (metanoe) dan percaya (pisteuo).
(2) Bertumbuh didalam iman kepada Kristus untuk mencapai tujuan keselamatan.


3. Soteria Menurut Penulis Injil
a. Ringkasan
Dari berbagai topik keselamatan yang ada di Injil sinoptis dapat diringkas menjadi bagaimana para penulis Injil melihat kriteria untuk mendapatkan Keselamatan (Kerajaan Allah), yaitu :
(1) Menghasilkan buah. (Mat.13:1-23; Mrk.4:1-20;Luk.8:4-15)
(2) Bertahan sampai kesudahan (setia) (Mat.10:22)
(3) Bersedia diproses dan berubah (Mat.13:31-35)
(4) Keselamatan sebagai harta yang paling berharga (Mat.13:44-46; Mrk.8:35)
(5) Merendahkan diri.(Mat.18:1-5)
(6) Memiliki Iman (Luk.7:50)
Panggilan Allah untuk bertobat didalam Injil telah dituliskan Matius sejak awal pelayanan Yesus, yaitu pasca Ia dicobai dipadang gurun, dan tampil pertama kali di Galilea, Yesus memberitakan apa yang sebelumnya diberitakan oleh Yohanes Pembaptis, yaitu ”Berobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat” (Mat.3:2;4:17). Kabar pertobatan ini juga diberitakan didalam Injil sinoptis lainnya (Mrk.1:15;Luk.3:3), tujuan pertobatan oleh penulis Injil sinoptis diakui untuk masuk kedalam Kerajaan Sorga, sekalipun diungkapkan dengan cara yang berbeda, seperti untuk tidak binasa menurut penulis Injil Lukas (Mat.18:3;Mrk.1:15;Luk.13:3)
Apakah pertobatan tersebut menghasilkan keselamatan, ketiga penulis Injil sinoptis menulis dengan cara yang sama, melalui perumpamaan seorang penabur, bahwa yang mencapai pada keselamatan sebagai buah dari pertobatan adalah mereka yang menghasilkan buah, apakah 30 kali, 60 kali atau bahkan 100 kali.
Didalam injil sinoptis, kata keselamatan hanya satu kali diucapkan oleh Yesus, sebagaimana yang dicatat dalam Luk.19:9. Ayat ini dapat mengacu kepada diri-Nya sendiri sebagai kandungan keselamatan yang memberikan pengampunan kepada Zakheus, atau kepada sesuatu yang nyata oleh perubahan tindakan yang dilakukan oleh pemungut cukai itu. Luk. 18:26 dan konteksnya, menunjukkan bahwa keselamatan mengimbau hati yang menyesal, sifat seperti kanak-kanak, ketidak berdayaan diri yang pasrah menerima, dan penyangkalan segala sesuatu demi Kristus.
Yohanes menggambarkan pertobatan sebagai kelahiran kembali (Yoh.3:3), pada saat percakapan dengan Nikodemus, Yesus menjelaskan bahwa bukti pertobatan adalah dilahirkan dari air dan Roh. Sekalipun penggambaran yang berbeda dengan penulis Injil sinoptik, tetapi ukuran keselamatan menurut penulis Injil Yohanes sama dengan penulis injil sinoptik yaitu melalui perbuatan-perbuatannya dalam hal ini perbuatan yang benar (Yoh.3:21), yang tidak lain adalah buah yang dihasilkan.
Dalam 1:12 dab orang dilahirkan sebagai anak Allah karena mempercayai Kristus, sedang dalam 3:5 kelahiran kembali oleh Roh mutlak penting guna memasuki Kerajaan, tapi 3:14,17 menjelaskan bahwa hidup baru itu tidak mungkin lepas dari dari kepercayaan akan kematian Kristus, karena tanpa kematian Kristus maka manusia berada di bawah penghukuman (3:18). Dalam 4:22 keselamatan datang melalui bangsa Yahudi, melalui wahyu yang disalurkan dalam sejarah lewat umat Allah.
Lebih lanjut dikatakan dalam 5:14 seorang yang sudah dipulihkan harus tidak berbuat dosa lagi agar keadaannya tidak menjadi lebih buruk. Dalam 5:24 orang percaya sudah melewati maut menuju ke kehidupan, dalam 6:35 Yesus mengatakan bahwa Dialah roti kehidupan, kepada-Nya saja orang harus datang (6:68) untuk perkataan yang menghidupkan kepada kehidupan yang kekal, dalam 7:39 air melambangkan kehidupan Roh yang menyelamatkan, yang akan datang setelah Yesus dipermuliakan.
Dalam 8:12 penginjil menunjukkan kesejahteraan karena bimbingan terang, dan dalam 32, 36 kebebasan oleh kebenaran di dalam Anak, dalam 9:25, 37, 39 ke-selamatan merupakan penglihatan spiritual, dalam 10:10 jalan masuk bagi manusia ke kehidupan yang selamat dan berkelimpahan dan yang dari Bapa adalah melalui Kristus, dalam 11:25 dab hidup kebangkitan menjadi milik orang-orang percaya, dalam 11:50 tujuan penyelamatan dari kematian Kristus digambarkan. Dalam 12:32 Kristus yang ditinggikan dalam kematian menghimbau orang kepadanya, dalam 13:10 pembasuhan pertama yang dilakukan-Nya mengartikan keselamatan (bersih seluruhnya), dalam 14:6 Kristus adalah jalan yang benar dan hidup menuju hadirat Bapa, dalam 15:5 tinggal didalam Dia, Pokok Anggur, merupakan rahasia dari sumber-sumber kehidupan, dalam 16 :7-15 demi nama-Nya Roh akan mengatasi kendala-kenadala keselamatan dan mempersiapkan relasinya, dalam 17:2, 3, 12 Kristus menjagai mereka yang mempunyai pengetahuan tentang diri-Nya, dalam 19:30 keselamatan digenapi, dalam 20:21-23 kata-kata damai dan pengampunan menyertai Roh, dalam 21:15-18 Kasih-Nya yang menyembuhkan memancarkan kasih dalam pengikut-Nya dan memulihkan sang pengikut untuk pelayanan.
Metode
Metode penyampaian pengajaran yang dilakukan Yesus pada zamannya adalah dengan menggunakan perumpamaan, menurut Hunter[5] sebuah perumpamaan biasanya haya mempunyai satu tertium (bagian ketiga). Sebuah alegori barangkali mempunyai selusin. Didalam perumpamaan hanya ada satu pokok persamaan yang utama antara cerita dan maksudnya, sedang bagian-bagian lainnya semata-mata hanya membantu untuk membuat cerita itu realistis dan dengan demikian berguna sebagai kekuatan utama dari perumpamaan itu seperti bulu-bulu ayam yang menjadi sayap anak panah.
Para penulis injil Sinoptis juga menuliskan pengajaran Yesus tersebut dengan perumpamaan. Perumpamaan tersebut umumnya disampaikan dalam rangka melakukan pengajaran kepada orang banyak maupun kepada para murid, yang bukan merupakan jawaban dari pertanyaan dari murid maupun orang banyak.
Matius dalam menyampaikan berita Keselamatan menggunakan metode yang sistematis, diawali dengan ajakan bertobat (Mat.4:17), setelah memilih para murid Ia kembali mengutarakan bagaimana Yesus menyembuhkan sebagai sarana untuk mem-bangkitkan kepercayaan (Mat.8:1-9dab). Setelah Matius memberikan gambaran yang cukup akan makna panggilan dan kepercayaan, lalu disajikan bagaimana Yesus mengu-tus para murid dan secara eksplisit memperkenalkan jalan keselamatan bagi orang yang akan bertahan hingga kesudahannya (Mat.10:22). Pasca topik ini, Matius kembali me-nyajikan pembicaraan tentang Kerajaan Sorga melalui berbagai perumpamaan.
Markus mengawali pemberitaan keselamatan seperti halnya Matius, dengan menyerukan pertobatan (Mat.1:15), kemudian setelah memanggil para murid, melaku-kan berbagai mujizat penyembuhan untuk menunjukkan pentingnya iman yang menye-lamatkan, selanjutnya Markus menyajikan berbagai perumpamaan yang berkaitan dengan Keselamatan. Sekalipun penyajian Markus menyerupai pola Matius, tetapi Markus lebih menitik beratkan pada apa yang dilakukan Yesus daripada apa yang di-ajarkannya. Markus mencantumkan 18 mukjizat Yesus dan hanya 4 perumpamaan-Nya.
Lukas menyajikan berta keselamatan berbeda dengan kedua penulis sebelum-nya. Setelah Yesus dicobai selama empat puluh hari dan kembali ke Galilea, Ia tidak mencatat Yesus menyerukan berita”pertobatan” sebagaimana Matius dan Markus. Lukas hanya mencatat bahwa Yesus mengajar di rumah-rumah ibadat. (Luk.4:15). Ajakan pertobatan dicatatnya melalui pemberitaan akan Yohanes pembaptis (Luk.3:3). Secara keseluruhan Lukas menyajikan berita keselamatan secara cermat dan kronologis.
Metode penulisan yang digunakan oleh penulis Injil Yohanes berbeda dengan metode penulis Injil sinoptis yang menggunakan perumpamaan, sebab Yohanes me-nuliskan pengajaran Yesus dengan menggunakan metode dialog dan pembicaraan.[6]

c. Bahan yang digunakan
Dalam menyampaikan pengajarannya termasuk yang berupa perumpamaan, Tuhan Yesus menggunakan bahan yang terdapat disekitarnya, seperti perumpamaan biji sesawi dan ragi, adalah hal yang biasa dililakukan di Palestina, demikian juga dengan penabur benih.
Sementara para penulis Injil sinopsis dalam menggunakan bahan, pada prinsipnya sangat bergantung kepada latar belakang penulis Injil dan tujuan penulisannya. Injil Matius ialah untuk menyatakan dan menonjolkan, bahwa semua nubuat di dalam PL telah dipenuhi didalam Yesus, dan oleh karena itu Yesus adalah Sang Mesias.[7] Sebagai Injil pengajaran, maka bahan yang digunakan oleh penulis Injil Matius adalah bahan-bahan dari PL.
Markus menulis Injilnya untuk menggambarkan Yesus apa adanya, sekalipun tidak melupakan sisi ilahi Yesus, sebagai Anak Allah. Bagi Markus, Yesus bukanlah manusia biasa. Ia adalah Allah ditengah-tengah manusia yang selalu membuat mereka tercegang dengan perkataan-perkataan dan perbuatan-Nya. Lebih lanjut dikatakan bahwa tak ada kitab Injil lain yang memberikan gambaran tentang Yesus sebagai sosok yang sangat manusiawi seperti yang diberitakan Injil Markus.[8] Bahan yang digunakan oleh Markus dalam menulis Injilnya terutama adalah cerita yang dituturkan oleh Petrus kepadanya, sehingga Injil Markus lebih mirip kepada biograpi Yesus yang ditulis secara hidup oleh Markus.
Injil Lukas adalah injil yang universal. Segala tembok pemisah dihancurkan, Yesus Kristus adalah bagi semua orang tanpa perbedaan.[9] Sebagai Injil yang universal, Lukas melihat kasih Allah tersebut tidak terbatas. Sebagai Injil yang dibuat secara cermat dan teliti, Lukas menggunakan bahan-bahan dari Injil-Injil terdahulu utamanya adalah Markus.
Injil Yohanes menyatakan sendiri bahwa tujuannya adalah ”supaya kamu percaya bahwa Yesuslah Mesias” (Yoh.20:31) dan untuk menguatkan dasar iman supaya orang percaya dapat terus percaya kendati ada ajaran palsu[10]. Sebagai Injil yang ditulis paling kemudian, maka penulis Injil Yohanes sudah barang tentu menggunakan bahan-bahan yang ada pada Injil sinoptis.
Kekuatan dan Kelemahan
Kekuatan Injil Matius, adalah memberitakan bahwa Yesus adalah Anak Allah dan Mesias yang dinubuatkan dalam PL. Pemberitaan ini sekaligus menyatakan bahwa Kerajaan Allah dinyatakan di dalam dan melalui Yesus Kristus. Pemberitaan ini seharusnya sangat efektif untuk memberitakan keselamatan kepada orang Yahudi, karena mereka telah memahami dengan baik isi PL termasuk nubuatan tentang Mesias. Penyajian silsilah Yesus mulai dari Abraham dan mujizat-mujizat yang dilakukan, selayaknya mengukuhkan keberadaan Yesus sebagai juru selamat sebagaimana yang dikenal oleh bangsa Yahudi.
Kelemahan Injil Matius dalam memberitakan berita keselamatan, utamanya adalah keengganan penulis Injil Matius untuk melepaskan diri dari tradisi ke-Yahudi-an, dalam topik hal berpuasa misalnya, Matius mengatakan agar anggur yang baru disimpan dalam kantong yang baru, agar terpelihara keduanya. (Mat.9:17) Hal ini berbeda dengan apa yang ditulis oleh Markus yaitu Anggur yang baru hendaknya disimpan dalam kantong yang baru (Mrk.2:22) sedang Lukas menuliskan bahwa tidak seorangpun yang telah meminum anggur tua ingin meminum anggur yang baru, sebab ia akan berkata : ”Anggur yang tua itu baik”.(Luk.5:39). Berdasarkan hal tersebut terkesan bahwa Matius tetap ingin mempertahankan tradisi ke-Yahudia-an, hal ini juga menunjuk kepada kesulitan mereka untuk menerima Yesus sebagai Juru Selamat, dibanding dengan usaha mereka memenuhi Taurat Musa sebagai sumber keselamatan.
Injil Markus menggambarkan keselamatan melalui tokoh Yesus sebagai Putra Allah dan Mesias, hamba yang menderita. Mesias dalam pengertian Markus adalah tokoh yang memberi kekuatan bagi mereka untuk mampu bertahan didalam penderitaan hingga pada akhirnya akan memperoleh keselamtan. Kata-kata segera (Yun: euthus) digunakan didalam PB sebanyak 51 kali terbesar ada di Injil Markus sebanyak 41 kali. Kekhasan hamba yang menderita ditonjolkan oleh Markus dengan memandang bahwa keselamatan hanya akan dapat diperoleh apabila tetap bertahan didalam Yesus sampai pada kesudahannya. (Mrk.13:13).
Kelemahan Injil Markus, justru datang dari kekuatannya untuk memberi kekuatan bagi mereka yang menderita agar tetap bertahan. Dengan maksud agar mereka yang menderita tetap bertahan, maka penonjolan kedatangan Yesus kedua kali yang akan segera tiba bahkan dikatkan "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya di antara orang yang hadir di sini ada yang tidak akan mati sebelum mereka melihat bahwa Kerajaan Allah telah datang dengan kuasa." (Mrk.9:1) dan ”sesungguhnya angkatan ini tidak akan berlalu, sebelum semuanya itu terjadi”.(Mrk.13:31). Uraian ini, dapat saja membuat pendengar menjadi enggan untuk melakukan aktivitasnya, dan hanya menantikan kedatangan Tuhan yang kedua kali. Bila hal ini yang terjadi maka penyelamatan akan dipahami tidak lagi secara menyeluruh, yaitu tubuh dan jiwa.
Lukas, dengan apik menuliskan bahwa Yesus adalah juru selamat yang universal, bukan hanya milik orang Yahudi tetapi milik semua bangsa, demikian juga pria dan wanita bahkan kaum papa sekalipun. Gambaran ini terlihat dari silsilah yang dibuat Lukas hingga Adam. Lukas juga menggambarkan bahwa Yesus adalah juru selamat yang ilahi dan insani. Sebagai orang non Yahuudi, Lukas juga memisahkan dengan tegas antara Injil dengan adat (tradisi) sebagaimana telah diuraikan sebelumnya perihal anggur tua dan baru (Luk.5:36-39). Yang utama bagi Lukas untuk memperoleh keselamatan adalah iman, karena iman kepada Yesus Kristuslah yang menyelamatkan.
Sekalipun didalam Injil Lukas terdapat mukjizat Yesus, tetapi Injil Lukas lebih menekankan pada pengajaran dan perumpamaan-perumpamaan Yesus. Perumpamaan akan anak yang hilang (Luk.15:11-32), menjadi kekhususan dari Lukas, perumpamaan ini menonjolkan pengampunan, yang memperkuat pemberitaan Lukas bahwa ”Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang”. (Luk.19:10).
Kelemahan Injil lukas ada pada masalah pengampunan, perumpamaan akan anak yang hilang, selain sebagai kekuatan Injil Lukas, tetapi sekaligus juga menjadi ke-lemahan. Perumpamaan ini dapat saja ditafsirkan lain, iman kepada Yesus Kristus dapat saja ditafsirkan terlepas dari perbuatan, sebagaimana yang dialami Yakobus dijemaat-nya, yang mendorong dia untuk menekankan kesatuan antara iman dan perbuatan.
Injil Yohanes menekankan pada Keilahian Yesus sebagai Anak Allah, oleh karenanya didalam Injilnya tidak mencantumkan silsilah dari Yesus, tetapi pengakuan bahwa Yesus telah ada sejak semula. Sebagai Injil yang ditujukan agar orang percaya bahwa Yesuslah Mesias Anak Allah, maka didalam Injil Yohanes kata percaya (Yun. pisteuo) digunakan sebanyak 108 kali, yang berarti Injil ini memberikan keyakinan bahwa didalam Yesus ada keselamatan. Keselamatan yang diterima menurut Yohanes akan menghasilkan suatu perubahan (lahir baru) yaitu mutu kehidupan yang datang melalui persekutuan dengan Kristus. Pada akhirnya Yohanes mengarah kepada konsep kuncinya yaitu hidup kekal.
Injil Yohanes merupakan Injil yang teologis, sehingga tidak mudah untuk dipahami. Seperti misalnya penggunaan istilah Yesus adalah kebenaran, Roh kudus adalah Roh kebenaran dan Firman Allah adalah Kebenaran (Yoh.8:32) tidak cukup mudah untuk memahaminya. Seperti halnya yang dialami oleh Nikodemus, saat menerima pengajaran akan lahir baru.
[1] Sproul, RC. Chosen By God, Tyndale House Publisher, Inc, Wheaton, Illinois, USA. Edisi Terjemahan oleh Seminari Alkitab Asia Malang (SAAT), 1996. hal. 155-156.
[2] Ibid, hal. 157.
[3] Douglas, J.D. The New Bible Dictionary, Intervarsity Press, Leicester LEI 7GP, England, 1988. Edisi terjemahan oleh Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF. Jakarta, 2002. Jilid II hal. 375.
[4] Dodd, Debbie. Dictionary of Theological, Evangelism and Missions Information Service (EMIS), Wheaton, Illinois, 1987. hal. 132-133.
[5] Hunter, A.M. Interpreting the Parables, SCM Press Ltd. 58 Bloomsbury Street, London WCI,1981. Edisi terjemahan oleh BPK Gunung Mulia, Jakarta, 2001. hal. 6
[6] Op.cit, Douglas. hal. 206.
[7] Barclay, William. The Daily Bible Study : The Gospel of Mathew Volume I, The Saint Andrew Press, Edinburgh, Scotland, 1983. Edisi terjemahan oleh BPK Gunung Mulia, Jakarta, 2003. hal.9.
[8] Barclay, William. The Daily Bible Study : The Gospel of Mark, The Saint Andrew Press, Edinburgh, Scotland, 1983. Edisi terjemahan oleh BPK Gunung Mulia, Jakarta, 2006. hal.9-10.
[9] Barclay, William. The Daily Bible Study : The Gospel of Luke, The Saint Andrew Press, Edinburgh, Scotland, 1983. Edisi terjemahan oleh BPK Gunung Mulia, Jakarta, 2005. hal.6.
[10] Stamps, Donald ,C. The Full Life Study Bible, Life Publishers International, 1992. Edisi terjemahan oleh Gandum Mas, Jakarta, 2006. hal. 1695.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Tulisan dapat membantu memberikan cakrawala baru tentang keselamatan menurut penulis Injil.