Senin, 21 September 2009

Kerajaan Allah

Gerald F Hawthorne and Ralph P. Martin
Kerajaan Allah/Kristus
Saluruh teologi Paulus terbiasa dengan suatu sudut pandangan yang melihat janji-janji Tuhan secara eskatologi sebagaimana dinyatakan melalui kebangkitan Yesus Kristus dari kematian. Suatu keistimewaan penting dari sudut pandang eskatologi ini adalah pengajaran menyangkut Kerajaan Allah, yang kerap saling melengkapi dengan pengajaran tentang Kerajaan Kristus didalam materi pembahasan Paulus. Saling melengkapi ini juga menjadi latarbelakang yang subur untuk menunjukkan bagaimana kristologi dan eskatologi saling berkaitan satu sama lain dalam pemikiran Paulus.
Bukti secara statistik
Apakah Kerajaan menyangkut kekinian atau masa yang akan datang ?
Apakah Kerajaan Allah sama dengan dengan Kerajaann Kristus ?
Kerajaan itu mengantarkan kepada Allah Bapa
Memindahkan kedalam Kerajaan kristus
1. Bukti secara statistik
Ketika gagasan Kerajaan Allah atau Kerajaan Kristus dengan pasti mendasari seluruh pemikiran Paulus, hal itu agak mengejutkan menemukan secara keseluruhan jarang sekali dengan jelas penggunaan “Kerajaan” dalam surat-surat Paulus. Istilah basileia (“kuasa”, “kerajaan”) muncul hanya lima belas kali (Rom. 14:17;1Kor 4:20; 6:9, 10; 15:24, 50; Gal.5:21; Ef.5:5; Kol.1:13; 4:11; 1Tes.2:12;2Tes.1:5; 2Tim.4:1,14,18), sementara kata “basileou” (“berkuasa”) muncul sembilan kali (Rom.5:14, 17 [dua kali]; 21 [dua kalii] 6:12; 1Kor.4:8 [dua kali]; 15:25) dan kata symbasileuo (“memerintah”) muncul dalam 1Tim.2:12. Ungkapan “Kerajaan Allah” (atau yang sama dengan itu) hanya muncul delapan kali dalam surat-surat Paulus (Rom.14:7; 1Kor.4:20; 6:9; 15:50; Gal.5:21; Kol.4:11; 1Tes.2:12 [“KerajaanNya];2Tes.1:5). Istilah “Kewarganegaraan dalam surga” (to politeuma en ouranois) dalam Flp 3:20 dapat juga secara pararel menyatakan hal yang sama. Fakta lain yang mengejutkan adalah dalam tulisan Paulus Kerajaan Kristus hanya dijelaskan secara eksplisit dalam Kol. 1:13 dan Ef.5:5. Ini hal yang luar biasa diberikan Paulus berkaitan dengan mesianias Yesus Kristus dan yang berkaitan dengan Kerajaan itu sesuai dengan pandangan Yahudi dalam PL dan pandangan pseudepigraphal.
2. Apakah Kerajaan menyangkut kekinian atau masa yang akan datang ?
Para ahli PB telah lama mendiskusikan sifat kekinian Kerajaan Allah sebagaimana hal itu terkandung dalam perkataan Yesus. Suatu kesepakatan umum telah dicapai, dengan menyebut pesan utama Yesus sendiri adalah satu dari sebuah pernyataan Kerajaan, satu yang lain telah dimulai dalam kehidupannya dan pelayanan tetapi yang masih harus disempurnakan dimasa yang akan datang. Banyak pertanyaan perihal sifat kekinian Kerajaan itu seperti yang ditemukan di dalam bahan ajaran juga dalam surat-surat Paulus, meskipun kurangan referensi menuju “Kerajaan”. Pada bagian lain Paulus berbicara Kerajaan Allah sebagaimana jika Kerajaan itu nyata pada saat ini dan dapat dirasakan dalam kehidupan umat percaya. Khusunya dua ayat yang menyatakan hal ini, Rom. 14:17 dan 1Kor.4:20
Pada bagian lain Paulus berbicara Kerajaan Allah sebagaimana jika Kerajaan itu adalah harapan dimasa yang akan datang, sesuatu yang belum berjadi masih dinantikan oleh orang percaya. Contoh yang baik akan hal ini adalah 1 Tes 2:12 : suatu ayat yang diselipkan diantara dua deklarasi parousia Kristus (1Tes.1:10 dan 2:19). Didalam 2Tes.1:5 Kerajaan Allah digambarkan dalam istilah menjadi milik Allah dimasa yang akan datang dibersihkan karena bertahan dalam penderitaan dalam iman.
Selanjutnya, Kerajaan Allah dalam dimensi masa yang akan datang, Paulus kerap membicarakan hal itu sebagai sesuatu yang akan diwarisi melalui ketaatan ketika mereka menyatakan karakter yang dikehendaki. (1Kor.6:9-10; 15:50; Gal.5:21). Bahasa warisan yang akan datang juga terdapat dalam
Kol.3:24 (cf.Kol.1:12). Suatu pernyataan yang sama tentang warisan dinyatakan dalam Ef.5:5, dengan megabaikan perselangselingan Kerajaan Allah disini digambarkan sebagai Allah dan Kristus.
Singkatnya, Kerajaan Allah adalah sesuatu yang tidak mau memihak dalam dimensi waktu, dalam kekinian maupun masa yang akan datang. Hal ini tidak memungkinkan untuk membatasi pengajaran Paulus tentang Kerajaan Allah/Kristus kedalam istilah kekinian. Adalah benar bahwa dia cenderung membicarakan ketidakterbatasan kebangkitan kerajaan sebagai suatu kejadian masa yang akan datang, tetapi ada cukup bukti pendukung yang memuaskan bahwa kuasa eskatologis Kerajaan juga bekerja didalam hidup umat Kristen saat ini. Sebagaimana G. Johnson dalam komentarnya pada 1Kor.4:20 sejauh seperti yang disarankan bahwa dalam analisa terakhir disebut dimensi “eschatological” dari Kerajaan telah diturunkan ke suatu tempat yang lebih wajar, dan fakta kekinian telah diubah masuk kedalam konsep besar dari kehidupan spritual Johnson, 151). Dengan demikian Kerajaan Allah/Kristus dapat dinyatakan sebagai “Hidup dalam Iman” atau “hidup dalam tubuh Kristus,” keduanya merupakan tema yang terkemuka dalam surat-surat Paulus.
3. Apakah Kerajaan Allah sama dengan dengan Kerajaann Kristus ?
Beberapa ahli menyatakan bahwa Paulus mempertahankan suatu perbedaan antara Kerajaan Allah dan Kerajaan Kristus, umumnya dengan mengalaskan 1Kor.15:20-28 sebagai suatu nats kunci dan rumusan yang menolong penyampaian suatu pemerintahan mesianik masa kini di bumi yang memberi jalan kepada Kerajaan Allah pada waktu penggenapan. Sebagaimana halnya secara pararel suatu perbedaan yang sama antara dua kerajaan yang ditemukan dalam kitab Yahudi dan apkaliptis Kristen dalam PB, disebutkan dalam apocalypse of Weeks (1 Enok 93:1-10; 91:12-17); 4Ezr7:26-30; 12:31-34; 2Baruk 29:3-30:1;40:1-4; dan Why.20:4-6.
Suatu bagian terjemahan harfiah seperti ini telah menghasilkan suatu “chiliastic” (atau premillennial”) sebagai pengganti eschatology dalam sejarah gereja kristen. Beberapa penafsir seperti A. Schweitzer, telah menyerukan Paulus sebagai penyokong yang tepat untuk posisi ini, catatan bahwa akibat wajar adalah suatu doktrin dua kebangkitan, satu buat para orang kudus yang ikut serta dalam kekinian, mesianik, kerajaan dan kebangkitan kedua karena penghakiman sebelum masanya tiba. Secara efektif ini berarti bahwa Kerajaan Kristus memerintah dengan parousia dan ikut serta dalam kedatangan Kerajaan Allah (saat tiba masanya) dan pemerintahan Mesaias adalah selah antara dua kebangkitan bersamaan dengan dua peristiwa.
Walau demikian, tidaklah seluruhnya jelas bahwa Paulus memelihara suatu perbedaan yang jelas antara Kerajaan Allah dengan Kerajaan Kristus dalam seluruh surat-suratnya, demikian juga ketika ia mengajarkan sebuah doktrin dua kebangkitan (sekalipun Lukas memiliki pembicaraan Paulus akan kebangkitan orang benar dan orang yang tidak benar dalam Kis. 24:15) Konsekuensinya banyak para ahli yang berbeda pendapat bahwa Paulus dapat secara legal menjelaskan dengan konsisten chiliastic dalam sudut pandang eschatological nya. (jika dia dapat menjelaskan sebagai chiliastic secara keseluruhan). Mereka menjelaskan bahwa lebih sering bukan Paulus menjelaskan penyempurnaan Kerajaan Allah adalah sama dengan parousia yang akan datang Yesus Kristus, dibandingkan dengan tidak ada dikotomi antara dua Kerajaan. Dengan kata lain hal ini mengabaikan 1Kor.15:20-28 mengajarkan suatu kerajaan mesianic, dan penerimaan secara efektif selaras dengan bagian lain. (seperti 1Kor.15:51-56 dan 1Tes.4:13-18) yang menjelaskan parousia Kristus secara rinci.
Biasanya terjemahan berikut mengambil hukum Kristus sebagai Kerajaan (saat dia mengatakan untuk memindahkan kedalam Bapa dalam 1Kor.15:24) untuk mulai dengan Salib. Tafsiran ini telah memihak pada pandangan Paulus siapa yang akan masuk dan sejalan dengan skema yang telah dibuatnya pada masa depan, menghindari penyajian Paulus sebagai suatu pengharapan yang membingungkan atau ketidak konsistenan dalam pengajarannya. Dalam bagian lain, dalam 1Kor.15:20-28 adalah apa adanya tetapi jelas dalam penyataannya dan mudah untuk melihat bagaimana penafsiran chiliastic dapat didapatkan dari hal itu. Pertanyaan kemudian muncul apakah kita membutuhkan Paulus untuk secara keseluruhan konsisten pada caranya untuk menjelaskan bagaimana Kerajaan Allah berhubungan dengan Kerajaan Kristus dan parousia. Pendekatan yang lebih realistic adalah menerima gagasan pengungkapan fkeksibilitas yang inheren didalam seluruh escatalogical literatur, termasuk surat-surat Paulus. Keselarasan eskatologi secara rinci, sekalipun dalam tujuan menyelamatkan Paulus dari (apa yang dirasakan) suatu kerusakan inkonsistensi , hal itu bukanlah jawaban. Kita mungkin dapat untuk menghanguskan seluruh penekanan eskatologi dan mempersempit dalam teologi Paulus tetapi dalam proses jarak antara kita dengan Paulus sendiri.
Lalu, apakah “Kerajaan Allah” memberikan jalan ke “Kerajaan Kristus” seperti sebuah ungkapan harapan eskatologi ? Jika dasar eskatologi Paulus adalah menyatakan Kerajaan Allah dalam PL, bagaimana Kerajaan itu secara eksplisit menjelaskan Kerajaan Kristus ? Hampir secara nyata transisi ini menjadi suatu hasil dari kedekatan hubungan Yesus dari Nazareth dan Kerajaan Allah yang dia nyatakan. Kita melihat contoh Kiristologi singkat bergeser penekanannya dalam redaksi pengajaran, dan hal itu seperti bahan-bahan pengajaran Paulus menigikuti sesuai dalam pandangan ini. Seperti B. Klappert meyatakan : “istilah basileia Kristus dan persamaan “Kerajaan Allah” dengan Yesus Kristus dengan demikian kelihataanya menjadi hasil perubahan sebuah kristologi dari implisit ke eksplisit. (Klappert,387)
4. Kerajaan itu mengantarkan kepada Allah Bapa
Dalam 1Kor.15:20-28 kita mendapatkan satu ayat yang paling sulit di dalam mengartikan tulisan Paulus, salah satu termasuk pada perumpamaan dan bahasa apokalptis. (E. Kasemann’s penafsir apokaliptis escatology Paulus sangat tergantung pada ayat ini). Ayat ini mengandung referensi aneh perihal “Kerajaan Allah” : “Kemudian tiba kesudahannya, yaitu bilamana Ia menyerahkan Kerajaan kepada Allah Bapa, sesudah Ia membinasakan segala pemerintahan, kekuasaan dan kekuatan”. (1kor.15:24) Salah satu kandungan yang paling membuat frustrasi dari perikop ini adalah subjek kata kerja yang dapat berarti dua. Sebagai contoh, siapa subjek dari hypetaxen (“dia disubjekan) dalam 1Kor.15:27 ? apakah Allah atau Kristus? Jika diasumsikan adalah Allah (sebagaimana dalam NRSV) lalu beberapa kesulitan muncul dalam memahami ayat berikutnya. Siapapun tidak pernah yakin siapa yang menjadi subjek. Tanpa adal kesalahan referensi kebingungan antara Allah atau Kristus disebabkan karena dimotivasi secara kristologi penggunaan Mzm. 110:1 dam 8:7b dalam pasal 25 dan 27.
Suatu bagian penafsiran yang berhubungan secara berarti adalah hubungan antara “Kerajaan Allah” dan “Segala sesuatu dipulihkan” (ta panta) di dalam ayat ini. M.J. Hharris berkaitan dengan kebangkitan dari kematian dan kedatangan kerajaan dengan pemulihan kembali segala sesuatu (lihat Ciptaan dan Ciptaan baru); Kerajaan menurutnya “menggabungkan rasional dan irasional alam” (Harris, 18). Dengan jelas ada suatu dimensi kosmologis penting dalam ayat ini dengan menambahkan hal yang lebih tradisional salah satu yang telah menjadi fokus perhatian para ahli dimasa lalu.
5. Memindahkan kedalam Kerajaan Kristus
Dalam Kol.1:13-14 Kita mendapati sebuah referensi yang tidak biasa perihal Kerajaan Kristus : “Ia (Allah) telah melepaskan kita dari kuasa kegelapan dan memindahkan kita ke dalam Kerajaan Anak-Nya yang kekasih di dalam Dia kita memiliki penebusan kita, yaitu pengampunan dosa”. Hal yang luarbiasa dari ayat ini adalah pemindahan yang dijelaskan sebagai suatu tindakan yang telah selesai, yang dinyatakan dalam kehidupan para orang percaya. Ini awal dari uraian karakteristik Kerajaan Allah/Kristus lebih lanjut sebagai suatu kenyataan masa depan yang masih ditunggu hingga menimbulkan beberapa interpretasi dan pertanyaan terhadap keabsahan Paulus sebagai penulis surat.
Sebagai kesimpulan ketika pernyataan secara tegas “Kerajaan Allah/Kristus” tidak tersebar luas dalam Surat-surat Paulus, idenya adalah suatu bagian dasar dari prespectif escatologi Paulus dan yang mendasari seluruh pengajarannya. Penekanan yang sama antara kekinian dan dimensi masa depan suatu teologi kerajaan ditemukan dalam pengajaran Yesus dalam kekinian pada Injil Sinoptik yang juga terkandung dalam bahan Paulus. Mungkin sekalipun lebih signifikan dalam surat-surat Paulus pada faktanya ide “Kerajaan Allah” menghasilkan suatu kendaraan penting bagi pengembangan Kristologi Paulus didalam “Kerajaan Kristus” awal untuk bersaing dengan “Kerajaan Allah” sebagai bagian utama menyangkut teologi.
Sumber : Dictionary of Paul and His letters Gerald F Hawthorne and Ralph P. MartinInterVarsity Press Downers Grove, Illionis Leicester, England, 1993. Page 524-526.

Tidak ada komentar: